بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ, نَحْمَدُهُ, وَنَسْتَعِينُهُ, وَنَسْتَغْفِرُهُ, وَنَعُوذُ بِاللَّهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا, وَسَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا
مَنْ يَهْدِهِ اللَّهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ, وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ, وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ, وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالأََرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلاً سَدِيدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا
أَمَّا بَعْدُ:
فَإِنَّ خَيْرَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللَّهِ, وَخَيْرَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ, وَشَرَّ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا, وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ, وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ, وَكُلُّ ضَلاَلَةٍ فِي النَّارِ
Ketahuilah wahai sauadaraku -semoga Allah memberkahimu- aku membuka risalah (wacana tertulis) ini dengan kalimat bismillahirrohmanirrohim karena yang demikian termasuk sunnah rosul, hal ini diriwayatkan dalam hadits Bukhori bahwasanya nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam memulai suratnya pada raja heraclius dengan basmalah.
Wahai saudaraku -semoga Allah memberi kita hidayah- perhatikanlah kalimatku diatas, engkau mendapatiku mengatakan sunnah rosul kemudian mengutip salah satu hadits riwayat bukhori (hadits adalah salah satu redaksi yang bersumber dari Rasulullah Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam), Mengapa? karena ini adalah perintah Allah,
فَاعْلَمْ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَاسْتَغْفِرْ لِذَنْبِكَ
“Maka ilmuilah (ketahuilah)! Bahwasanya tiada sesembahan yang berhak disembah selain Allah dan mohonlah ampunan untuk dosamu” Quran Surah, Muhammad [47]: 19
Na’am dalam ayat tersebut, Allah memulainya dengan perintah ‘ilmuilah’ lalu mengatakan ‘mohonlah ampun’. Ilmuilah yang dimaksudkan adalah perintah untuk berilmu terlebih dahulu, sedangkan ‘mohonlah ampun’ adalah amalan. Ini pertanda bahwa ilmu hendaklah lebih dahulu sebelum amal perbuatan. Masyaallah, pernahkah terbersit olehmu penjelasan begitu gamblang ini? Barokallahufiikum, Engkau bisa menemuinya di kitab Fathul Bari, 1/108 dengan demikian Al Bukhori berkata, “Al ‘Ilmu Qoblal Qouli Wal ‘Amal“ (Ilmui dulu Sebelum Berkata dan Berbuat). Sungguh agama ini indah, jelas dan terang wahai saudaraku hanya saja terkadang kita menutup diri dan terlalaikan dari menuntut ilmu (maka dari itu bersabarlah dalam membaca risalah ini hingga tuntas), semoga Allah memberi kita taufiq.
(Berikutnya terjemahan teks dibawah Bismillahirrohmanirrohim diatas)
Segala puji hanya bagi Allah, kami memuji-Nya, memohon pertolongan dan ampunan kepada-Nya, kami berlindung kepada Allah dari kejahatan diri-diri kami dan kejelekan amal perbuatan kami. Barangsiapa yang Allah beri petunjuk, maka tidak ada yang dapat menyesatkannya, dan barangsiapa yang Allah sesatkan, maka tidak ada yang dapat memberinya petunjuk. Aku bersaksi bahwasanya tidak ada sesembahan yang berhak diibadahi dengan benar kecuali Allah saja, tidak ada sekutu bagi-Nya, dan aku bersaksi bahwasanya Nabi Muhammad adalah hamba dan Rosul-Nya.
Wahai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dengan sebenar-benar taqwa kepada-Nya, dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam. (QS.AIi’lmron: 102)
Wahai sekalian manusia, bertaqwalah kepada Robb-mu yang telah menciptakanmu dari diri yang satu, dan daripadanya Allah menciptakan pasangannya (istri), dan dari keduanya Allah memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertaqwalah kepada Allah yang dengan menggunakan Nama-Nya kamu saling meminta, dan (peliharalah) hubungan silaturohim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasimu. (QS. an-Nisa’:1)
Wahai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kamu kepada Allah dan ucapkanlah perkataan yang benar, niscaya Allah memperbaiki bagimu amalan-amalanmu dan mengampuni bagimu dosa-dosamu. Dan barangsiapa mentaati Allah dan Rosul-Nya, maka sesungguhnya ia telah mendapatkemenanganyang besar.” (QS. al-Ahzaab: 70-71 )
Amma ba’du: Sesungguhnya sebenar-benar perkataan adalah Kitabulloh (al-Qur’an) dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam (as-Sunnah). Seburuk-buruk perkara adalah perkara yang diada-adakan (dalam agama), setiap yang diada-adakan (dalam agama) adalah bid’ah, setiap bid’ah adalah sesat, dan setiap kesesatan tempat-nya di neraka.
Adapun setelahnya aku melanjutkan tulisanku dengan Khutbatul Hajah (terjemahannya telah di uraikan diatas) yang demikian juga ada pada sunnah nabi. Ada banyak riwayat menjelaskan seringnya rosulullah membaca khutbatul hajah sebelum memulai khutbahnya, salah satunya engkau bisa merujuk dalam riwayat Hadits Muslim, bahwasanya Dhimad al-Azdi (tukang ruqyah zaman Jahiliyah yang datang untuk meruqyah rosulullah karena dia menganggap beliau gila, Subhanallah) akan tetapi dia malah mengucapkan syahadat masuk Islam setelah mendengar Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam membacakan khutbah hajah kepadanya, Dhimad berkata: “Aku telah mendengar ucapan para dukun, para penyihir dan para penyair. Namun aku belum pernah mendengar kata-kata engkau (Rosulullah) tersebut. Sungguh, kata-kata itu telah sampai ke dasar lautan (karena kedalaman makna yang dikandungnya).” (Muslim: 868). Adapun syarah (penjelasan rinci) dari makna khutbatul hajah tidak terlampirkan dalam risalah ini karena pembahasan ini sudah mulai meluas, -barokallahufiikum-.
Al muhim (intinya), Nabi kita shallallahu ‘alaihi wa sallam memulai suratnya pada Raja Heraklius dengan basmalah dan ketika berkhutbah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memulainya dengan hamdu lillah dan memuji Allah Ta’ala, yang demikian termasuk sunnah nabi / sunnah rasul (rosul) dan -walhamdulillah- kita telah melewati pemaparan diatas sebagai contoh gamblang dan pendekatan secara konteks, sebelum kita masuk dalam pembahasan. Lalu apa arti Sunnah nabi / Sunnah rosul?
Pengertian Sunnah Nabi / Sunnah Rosul
Arti Sunnah Secara Umum
Telah dikenal secara umum dikalangan kita, sunnah adalah segala perbuatan yang apabila dikerjakan mendapat pahala dan jika ditinggalkan maka tidak berdosa. Na’am shahih, ini adalah pengertian secara sudut pandang para fuqaha (ulama pakar dalam disiplin ilmu fikih), https://id.wikipedia.org/wiki/Fuqaha yang telah menyebar dikalangan kita. Maka datang juga tingkat hukum syariat yaitu: wajib, haram, makruh, mubah, dan sunnah (mustahab/mandub). Dengan demikian sunnah dalam pandangan ini adalah suatu amal yang dianjurkan oleh syariat namun tidak mencapai derajat wajib atau harus, ini pengertian sunnah dalam pandangan Fiqih. Ulama Mutaakhkhirîn (belakangan ini) mengenai sunnah ini lebih dikenal dengan arti mustahab atau mandûb, sebaiknya dalam menghukumi syariat memang demikian jika hendak meninjau hukum, kita katakan hukum perkara ini adalah mustahab lalu sampaikan sisi pendalilan (al-quran/hadits) karena jika hanya dikatakan sunnah maka cangkupannya akan meluas meski tetap dalam satu konteks makna (penjelasannya akan datang dibawah ini, Insyaallah).
Arti Sunnah Secara Bahasa
Secara etimologi atau bahasa, sunnah berarti ‘thariqah’ (jalan) atau metode. Silahkan merujuk pada Hadits Riwayat. Muslim: 2398, bahwasanya:
مَنْ سَنَّ فِى الإِسْلاَمِ سُنَّةً حَسَنَةً فَلَهُ أَجْرُهَا وَأَجْرُ مَنْ عَمِلَ بِهَا بَعْدَهُ مِنْ غَيْرِ أَنْ يَنْقُصَ مِنْ أُجُورِهِمْ شَىْءٌ وَمَنْ سَنَّ فِى الإِسْلاَمِ سُنَّةً سَيِّئَةً كَانَ عَلَيْهِ وِزْرُهَا وَوِزْرُ مَنْ عَمِلَ بِهَا مِنْ بَعْدِهِ مِنْ غَيْرِ أَنْ يَنْقُصَ مِنْ أَوْزَارِهِمْ شَىْءٌ
“Barang siapa yang mencontohkan jalan yang baik di dalam Islam, maka ia akan mendapat pahala dan pahala orang yang mengamalkannya setelahnya tanpa mengurangi pahala mereka sedikit pun. Dan barang siapa yang mencontohkan jalan yang jelek, maka ia akan mendapat dosa dan dosa orang yang mengerjakannya sesudahnya tanpa mengurangi dosa mereka sedikit pun.”
Wahai saudaraku -semoga Allah memudahkan urusan-urusanmu dalam kebaikan- jika kita bekerja di suatu perusahaan dan perusahaan mengumumkan ada bonus, hadiah sekian dan sekian jika mengerjakan suatu pekerjaan yang bisa kita lakukan, tidak kah kita mengambil peluang itu? Tentu, apa lagi kita di dunia ini Nahnu al-fuqara ilaallah, maka telah datang di depan kita Ghanimah, hendaknya kita bersemangat dalam menghidupkan sunnah (mengilmui, mengamalkan dan menyampaikan), tentunya yang berlandaskan dalil (sumber redaksi) yang shahih (valid).
Arti Sunnah yang PENTING kita ketahui
Berkata As-Syaikh Abdullah Hamud al Furaih dalam Muqoddimah (pendahuluan) kitabnya Al-Minhul ‘Aliyyah fii Bayan As-Sunanil Yaumiyyah (telah terbit terjemahan indonesianya, Hadiah Indah Penjelasan Tentang Sunnah-Sunnah Sehari-Hari (shallallahu alaihi wa sallam)), beliau berkata: “Sunnah adalah segala sesuatu yang disandarkan kepada Rasul, baik berupa perkataan, perbuatan, penetapan, sifat fisik atau sifat perangainya”. Sedangkan Pengertian tersebut terbagi lagi menjadi beberapa, salah satunya sudut pandang para pakar hadits (muhadditsun) yang menyatakan segala redaksi yang bersumber pada nabi baik sebelum diutus menjadi nabi ataupun setelahnya, tentu apa yang diyakini Muhadditsun itu sunnah bisa menjadi wajib bagi pengertian Fuqaha (diatas sudah dibahas dalam tinjauan hukum syariat). Beda lagi dalam pembahasan Ushul Fiqih (tidak dijelaskan secara rinci disini) segala sesuatu yang bersandarkan pada rosulullah namun yang hanya sudah ditetapkan beliau baik dalam perbuatan dan perkataan, Adapun yang berupa sifat fisik maupun akhlak, maka itu tidak termasuk sunnah dalam pandangan ushul fiqih. Begitu pula yang terjadi sebelum diutusnya beliau menjadi Nabi, atau yang berasal dari para Nabi sebelumnya, maupun generasi setelahnya, yaitu sahabat, tabiin, dan selainnya, maka hal itu pun bukan termasuk sunnah dalam pandangan disiplin ilmu ushul fiqih. Kemudian yang terakhir adalah sunnah menurut Ulama Aqidah, Sunnah bagi mereka adalah setiap amal perbuatan yang ada contoh dan tuntunannya dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, bukan perkara yang diada-adakan dalam agama, pengertian ini melalui redaksi hadits yang diriwayatkan dari Abu Dawud, no. 4607, dan Tirmidzi, no. 2677, bahwasanya:
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
فَعَلَيْكُمْ بِسُنَّتِى وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الْمَهْدِيِّينَ الرَّاشِدِينَ تَمَسَّكُوا بِهَا وَعَضُّوا عَلَيْهَا بِالنَّوَاجِذِ وَإِيَّاكُمْ وَمُحْدَثَاتِ الأُمُورِ فَإِنَّ كُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَة
“Maka dari itu, wajib atas kalian berpegang teguh dengan sunnahku dan sunnah khulafa rasyidin. Gigitlah ia dengan gigi-gigi geraham kalian! Dan berhati-hatilah terhadap perkara baru yang diada-adakan dalam agama. Karena setiap perkara yang baru dalam agama itu adalah bid’ah dan setiap bid’ah itu sesat.”
Wahai saudaraku -semoga Allah merahmatimu- ketahuilah sunnah menurut pandangan Aqidah, pembahasannya sering kali meruncing diantara kalangan kita, -Nas-alullaha asSalamah wal afiah (kita memohon kepada Allah keselamatan dan kebaikan)-. Sebagian mengatakan ini adalah perkara bid’ah dan itu adalah perkara bid’ah, perlu diluruskan bahwasanya bi’dah (https://id.wikipedia.org/wiki/Bidah) yang dimaksud khusus bid’ah dalam perkara agama, adalah segala perbuatan / amalan yang baru (sama sekali tidak dikerjakan Rosulullah) dalam perkara agama dan semua nya telah gamblang di jelaskan pada teks hadits diatas dan disana engkau juga melihat bahwasanya pesan pertama Rosulullah ialah Berpegang teguhlah dengan sunnahku dan sunnah khulafa rasyidin (Abu bakar, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan, Ali bin Abi Thalib), dan Dan berhati-hatilah terhadap perkara baru yang diada-adakan dalam agama -semoga Allah memberi kita hidayah dan taufiq-. Kemudian untuk memperjelas makna bid’ah dalam agama, kita merujuk tafsir QS.Al-Hadid:27 maka disana engkau akan menemui potongan terjemahan dari firman Allah Ta’ala :
وَرَهْبَانِيَّةً ابْتَدَعُوهَا
‘Dan mereka mengada-adakan rahbaniyyah.’ (QS.Al-Hadid:27)
Apa itu rahbaniyah? (Engkau bisa memastikan di link tafsir surah diatas) bahwasanya Rahbaniyah ialah (orang-orang nasrani) tidak beristri atau tidak bersuami dan mengurung diri dalam biara. Allah Subhaanahu wa Ta’aala tidak mewajibkan hal itu kepada mereka, bahkan merekalah yang mewajibkannya dari diri mereka sendiri dengan maksud mencari keridhaan Allah Subhaanahu wa Ta’aala, Subhanallah mereka (nasrani) berkreasi (bid’ah) terhadap agama untuk meraih ridha Allah, Lalu bagaimana dengan kita yang melakukan amalan yang tidak sesuai dengan sabda nabi “Berpegang teguhlah dengan sunnahku dan sunnah khulafa rasyidin (Abu bakar, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan, Ali bin Abi Thalib)”, Apakah amalan kita diterima? Maka telah di tulis oleh Imam Nawawi dalam Al Arba’in An Nawawiyah No:5 bahwasanya,
مَنْ عَمِلَ عَمَلاً لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ
“Barangsiapa melakukan suatu amalan yang bukan ajaran kami, maka amalan tersebut tertolak.” (HR. Muslim no. 1718).
Kemudian dalam sudut pandang lain, bid’ah secara bahasa, pakar bahasa mendefinisikan bid’ah sebagai segala sesuatu (tidak hanya agama) yang diamalkan tanpa ada contoh sebelumnya. Sebagaimana firman Allah Ta’ala,
قُلْ مَا كُنتُ بِدْعاً مِّنَ الرُّسُلِ
“Katakanlah: ‘Aku bukanlah Rasul yang pertama di antara Rasul-Rasul.’” (QS. Al-Ahqaaf: 9)
Muhammad Al-Ruwaifi’ Al-Irfiqiy (Imam Ahli Bahasa, mesir) menjelaskan,
أي ما كنت أول من أرسل، قد أرسل قبلي رسل كثير
(Yang di maksud bid’ah pada ayat al-ahqaf) “Maksudnya aku bukanlah Rasul pertama yang diutus, sesungguhnya telah diutus sebelumku banyak rasul.”
Oleh karena itu yang terlarang adalah bid’ah dalam agama bukan dalam perkara dunia, sebagaimana orang-orang shalih terdahulu sholat subuh 2 rokaat dengan memakai gamis, maka bukanlah bi’dah kita sholat subuh 2 rokaat memakai sarung (yang terpenting menutup aurat, suci dari najis dan telah kita ketahui bersama gamis pakaian sempurna dalam menutup aurat), sedangkan termasuk bid’ah ialah apabila (sengaja) menambah rokaat (3 rokaat sholat subuh), menambah amalan yang tidak sesuai sunnah dalam sholat, ataupun berkreasi dalam bentuk ibadah lainnya, yang demikian adalah bid’ah meski dia bergamis. Wahai saudaraku, -semoga Allah memberi kita taufiq- sekarang telah jelas makna bid’ah baik secara bahasa ataupun dalam agama, Insyaallah. Walhamdulillah semoga dengan datangnya risalah ini bisa menjadikan tambahan ilmu ataupun muroja’ah (sebagai pengingat kembali), penambah semangat dalam mempelajari ilmu agama islam kemudian diamalkan dalam kehidupan sehari-hari insyaallah. Harapan besar setelah datangnya risalah ini, kita selangkah lebih maju, tidak stagnan, terlebih Tilmiidzun Jadid, seakan-akan kita murid baru yang mengatakan segala fasilitas peribadatan (mic,audio kajian, dll) bid’ah, Na’am -hadanallah, (semoga Allah beri kita hidayah)- harusnya kita yang su’udzon (prasangka baik) barangkali yang berkata demikian lebih Alim (berilmu) yang di maksud mungkin bid’ah secara bahasa, -Hadanallah waiyyakum ajma’in (Semoga Allah selalu memberi petunjuk (kebenaran) kepada kami dan antum semua)-.
Penutup
Risalah ini dibuat (dari berbagai rujukan sumber yang shahih (valid) insyaallah) di Situbondo, Kamis, 24 Rajab 1441 (19 Maret 2020), di kala negeriku (indonesia) dan dunia tersibukkan dengan wabah corona, berharap kita tidak hanya disibukkan dengan corona melainkan juga disibukkan dengan sunnah (Termasuk sunnah adalah mentaati pemimpin dalam hal kebenaran(mengikuti himbauan pemerintah dalam menanggulangi wabah ini) dan mengikuti sunnah rosulullah di kalah wabah (tho’un) untuk tidak bepergian ke wilayah wabah dan jika wabah telah melanda untuk tetap ditempat dimana berada), kembali mengingat Allah (dzikrullah) membentengi diri dengan dzikir pagi petang, dan upaya-upaya lain baik secara fisik dan rohani, memang benar kematian adalah taqdir Allah dan adalah tawakkal menyerahkan segala keputusannya pada Allah tanpa menafikan (meniadakan) upaya meraih kebaikan. -Nas-alullaha as Salamah wal afiah (kita memohon kepada ALLAH keselamatan dan kebaikan)-.
Aku memohon kepada Allah ta’ala dengan nama-namaNya yang baik dan sifat-sifat-Nya yang tinggi, agar Dia berkenan menjadikanku dan engkau wahai saudaraku yang aku cinta karena Allah, menjadi termasuk orang-orang yang meniti sunnah, berpegang teguh kepadanya dalam perkataan dan perbuatan, serta dalam seluruh keadaan. Sesungguhnya Dia kuasa untuk itu. Shalawat, salam dan keberkahan mudah-mudahan tercurah kepada Nabi kita Muhammad Shallallahu’alaihi Wasallam, kepada keluarganya, para sahabatnya dan orang-orang yang mengikutnya hingga hari akhir zaman. -Wa akhiru da’wana anil hamdulillahi rabbil alamin-
Semoga ikhlas karena Allah, Robbana taqobbal minna innaka antas sami’ul ‘alim
Al-Faqir ‘ila Maghfirah Robbihi
Curah Jeru Tengah, Situbondo
Hadiah
Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda “تهدوا تحابوا ” (Tahaddu tahabbu), yang artinya “saling memberilah hadiah, maka kalian akan saling menyayangi” (HR. Thabrani).
- Al-Minhul ‘Aliyyah fii Bayan As-Sunanil Yaumiyyah - Terjemahan Kitab Hadiah Indah Penjelasan Tentang Sunnah-Sunnah Sehari-Hari (shallallahu alaihi wa sallam)
- Dzikir Pagi Petang - Dzikir Pagi Petang sesuai sunnah (ukuran saku) lengkap dengan faidah dan hadits.